Esaunggul.ac.id, Jakarta Barat, Jurusan Bioteknologi Esa Unggul mengadakan seminar nasional yang bertajuk Seminar dan Call for Papper yang bertajuk Genetic Engineering in Biotechnology. Dalam seminar yang berlangsung di Ballroom Aula Kemala tersebut tiga pembicara yang dihadirkan mengulas mengenai perkembangan rekayasa genetika yang menjadi objekvital pembahasan Bioteknologi.
Salah satu pembicara seminar Prof. DR. Ir. Suharsono DEA, Guru Besar Bioteknologi Institut Pertanian Bogor menjelasakan dalam materinya mengenai pentingnya memaksimalkan peran Bioteknologi dalam memperbaiki kualitas maupun kuantitas sebuah produk dalam hal ini ialah komoditas pertanian di
Indonesia.
Indonesia.
“Dengan pengelolaan Bioteknologi yang tepat komoditas pertanian kita dapat berkembang lebih baik, baik dari segi Kualitas dan kuantitasnya, hal ini dikarenakan inovasi berupa rekayasa genetik dari komoditas pangan akan sangat diperlukan dimasa depan ,” tutur Suahrsono di Ballroom Aula Kemala, Esa Unggul, Senin (13/11/2017).
Suharsono pun mencontohkan rekayasa genetika yang dapat dilakukannya seperti modifikasi oleh GE dengan memodifikasi RNA (dan protein) dan memodifikasi DNA (genom). Hal ini dilakukan seperti pada tanaman kentang dan jagung. Dari hasil rekayasa genetika yang dilakukan pada tanaman tersebut, dirinya meyakini hasil pencapaian produksi pangan akan meningkat bukan hanya dari segi jumlah namun juga kualitasnya.
Dirinya pun berharap dengan adanya hasil Bioteknologi pada setiap rekayasa genetika yang diterapkan pada komoditas pangan di Indonesia dapat membantu menciptakan ketahanan pangan di Indonesia serta hasil pertanian di Indonesia dapat bersaing secara Internasional.
Secara lebih luas, Pria yang mengambil S2 dan S3 di Perancis ini pun optimis di Indonesia akan muncul peneliti-peneliti muda di bidang Bioteknologi bukan hanya konsen pada komoditas pertanian saja, namun pada bidang kesehatan, Biologi molekuler, genetik hingga Psikologi.
“Penelitian mengenai rekayasa genetika di Indoneisa pada berbagai bidang sebetulnya sudah lumayan maju, namun masih tertinggal dari negara-negara lainnya terutama negara Asean.Bukan karena persoalan Sumber daya manusia dan sumber daya Alamnya, namun lebih kepada penyediaan fasilitas penelitiannya yang sangat kurang, untuk itu perlu adanya kesadaraan para pemangku kebijakan yakni pemerintah,” tutupnya.
Selain Suharsono yang menyampaikan materi, juga hadir pemateri lainnya yakni Ir. kholis Audah, Ph.D Dosen Biomedical Engineering Swiss Jerman University dan Dr. Henny Saraswati, S.Si, M.Biomed Dosen Esa Unggul. Seminar Nasional Bioteknologi tersebut merupakan rangkaian acara Biotechnology Festival 2017 untuk menyambut ulang tahun ke-2 jurusan Bioteknologi Esa Unggul.
Acara Puncak dari perayaan Biotechnology Festival 2017 akan diselenggarakan pada tanggal 18 November mendatang yang akan dilaksanakan di SMAN 86 dengan menggelar berbagai perlombaan dan juga bazar.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar